Dalam kehidupan, jelas kita tidak
bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fitrahnya, manusia adalah makhluk sosial.
Itu sebabnya Allah menciptakan lelaki serta perempuan dengan suku, warna kulit
serta bangsa yang berbeda agar kita bisa saling mengenal dan tolong menolong .
Diantara kekurangan yang ada pada diri masing-masing dapat dilengkapi dengan
kelebihan yang orang lain punya. Maka, bila kita bisa senantiasa bersyukur atas
karunia ini, indah bukan?
Namun, zaman tak semudah dulu,
dimana tatanan masyarakat yang masih di bawah kepemimpinan nabi Muhammad SAW
segala problematika umat yang berkaitan dengan politik, sosial bahkan moral
sekalipun dapat teratasi. Beliau lah murobbi
(mentor) terbaik masa itu. Sehingga tercetaknya generasi khulafaurrasyidin serta para sahabat yang terbina pribadinya. Ada
beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah untuk menunjang perekonomian
agar berjalan dengan baik, seperti larangan ba’i
najasy, ikhtikar dan ihtinaz, serta talaqi
arrukhban. Itu semua merupakan upaya Rasulullah demi menciptakan sifat yang
jujur serta adil pada masyarakat. Hakikatnya, urusan akhirat dan dunia tidak
bisa dipisahkan. Termasuk dalam hal ekonomi yang telah Rasulullah contohkan. Bagi
beliau, sistem ekonomi yang teratur serta sesuai syariat dapat menjadi pilar
penyangga keimanan seseorang. Bukan berarti harta segalanya. Hanya saja, dalam
berdakwah tentu kita membutuhkan finansial yang kuat.
Coba kita bandingkan dengan
keadaan negeri yang kita pijaki sekarang, Indonesia. Adakah terbersit rasa
ataupun keinginan agar kita beranjak dari keterpurukan ekonomi, sosial serta
moral yang sedang dihadapi sekarang? Perubahan yang didambakan tentu berawal
dari langkah yang kecil, serta diikuti upaya-upaya nyata lainnya. Tapi, bila aksi
konkrit yang sudah dilakukan tanpa dukungan dari pemerintah, maka apa yang
diharapkan hanya sekedar harapan. Riba atau yang lebih dikenal dengan bunga
merupakan masalah yang hingga saat ini terjadi. Ia ibarat penyakit yang
terjangkit di belahan bumi manapun, di antara sekumpulan manusia yang tidak
mengenal apa itu arti kepedulian, tolong menolong, keharmonisan, dan kedamaian.
Pada Surat Al-Baqarah ayat 278-279 dijelaskan bahwa Allah menyeru segenap
hambaNya untuk berhenti dan benar-benar meninggalkan sistem riba dalam
bertransaksi. Mengapa? Menurut saya ada dua alasan pasti, pertama karena hal
tersebut merugikan banyak pihak makanya Allah larang. Sesuatu yang baik tidak
mungkin Allah tegaskan untuk meninggalkannya. Dan, bila Allah sudah melarang
sesuatu jelas saja sesuatu itu hal yang buruk dan merugikan. Kedua, karena
larangan riba diperuntukkan bagi orang yang beriman, maka sudah seharusnya
orang yang mengaku dirinya Islam berpegang teguh pada syariat yang Allah tetapkan.
Disini juga terkandung makna agar kita saling membantu dan meringankan
kesulitan yang orang lain punya. Sebab, ketika kita saling menghargai, memahami, dan mencoba mengerti keadaan
sesama dengan begitu kita sudah menjadikan dunia yang semakin tua ini menjadi
surga kecil di dunia. Sehingga rasa peduli yang sudah semakin kuat tertanam di
dalam diri akan memudahkan kita memasuki surga abadi yang Allah janjikan. Maka,
apa lagi yang kita harapkan selain nikmat tiada tara dari lezatnya surga? Kita
percaya, bahwa akan ada saatnya dunia ini akan tersemai kemakmuran dan
kedamaian layaknya sepenggal FirdausNya.
Bagikan
Peduli Sesama, Hantarkan ke Surga
4/
5
Oleh
Unknown