Selasa, 01 Oktober 2013

Peduli Sesama, Hantarkan ke Surga



Dalam kehidupan, jelas kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fitrahnya, manusia adalah makhluk sosial. Itu sebabnya Allah menciptakan lelaki serta perempuan dengan suku, warna kulit serta bangsa yang berbeda agar kita bisa saling mengenal dan tolong menolong . Diantara kekurangan yang ada pada diri masing-masing dapat dilengkapi dengan kelebihan yang orang lain punya. Maka, bila kita bisa senantiasa bersyukur atas karunia ini, indah bukan?
Namun, zaman tak semudah dulu, dimana tatanan masyarakat yang masih di bawah kepemimpinan nabi Muhammad SAW segala problematika umat yang berkaitan dengan politik, sosial bahkan moral sekalipun dapat teratasi. Beliau lah murobbi (mentor) terbaik masa itu. Sehingga tercetaknya generasi khulafaurrasyidin serta para sahabat yang terbina pribadinya. Ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah untuk menunjang perekonomian agar berjalan dengan baik, seperti larangan ba’i najasy, ikhtikar dan ihtinaz, serta talaqi arrukhban. Itu semua merupakan upaya Rasulullah demi menciptakan sifat yang jujur serta adil pada masyarakat. Hakikatnya, urusan akhirat dan dunia tidak bisa dipisahkan. Termasuk dalam hal ekonomi yang telah Rasulullah contohkan. Bagi beliau, sistem ekonomi yang teratur serta sesuai syariat dapat menjadi pilar penyangga keimanan seseorang. Bukan berarti harta segalanya. Hanya saja, dalam berdakwah tentu kita membutuhkan finansial yang kuat.
Coba kita bandingkan dengan keadaan negeri yang kita pijaki sekarang, Indonesia. Adakah terbersit rasa ataupun keinginan agar kita beranjak dari keterpurukan ekonomi, sosial serta moral yang sedang dihadapi sekarang? Perubahan yang didambakan tentu berawal dari langkah yang kecil, serta diikuti upaya-upaya nyata lainnya. Tapi, bila aksi konkrit yang sudah dilakukan tanpa dukungan dari pemerintah, maka apa yang diharapkan hanya sekedar harapan. Riba atau yang lebih dikenal dengan bunga merupakan masalah yang hingga saat ini terjadi. Ia ibarat penyakit yang terjangkit di belahan bumi manapun, di antara sekumpulan manusia yang tidak mengenal apa itu arti kepedulian, tolong menolong, keharmonisan, dan kedamaian. Pada Surat Al-Baqarah ayat 278-279 dijelaskan bahwa Allah menyeru segenap hambaNya untuk berhenti dan benar-benar meninggalkan sistem riba dalam bertransaksi. Mengapa? Menurut saya ada dua alasan pasti, pertama karena hal tersebut merugikan banyak pihak makanya Allah larang. Sesuatu yang baik tidak mungkin Allah tegaskan untuk meninggalkannya. Dan, bila Allah sudah melarang sesuatu jelas saja sesuatu itu hal yang buruk dan merugikan. Kedua, karena larangan riba diperuntukkan bagi orang yang beriman, maka sudah seharusnya orang yang mengaku dirinya Islam berpegang teguh pada syariat yang Allah tetapkan. Disini juga terkandung makna agar kita saling membantu dan meringankan kesulitan yang orang lain punya. Sebab, ketika kita saling menghargai, memahami, dan mencoba mengerti keadaan sesama dengan begitu kita sudah menjadikan dunia yang semakin tua ini menjadi surga kecil di dunia. Sehingga rasa peduli yang sudah semakin kuat tertanam di dalam diri akan memudahkan kita memasuki surga abadi yang Allah janjikan. Maka, apa lagi yang kita harapkan selain nikmat tiada tara dari lezatnya surga? Kita percaya, bahwa akan ada saatnya dunia ini akan tersemai kemakmuran dan kedamaian layaknya sepenggal FirdausNya.


Bagikan

Jangan lewatkan

Peduli Sesama, Hantarkan ke Surga
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.